Tips belajar bahasa Indonesia

1. Akrabkan Diri dengan Bahasa Indonesia Baku

Apakah Sobat Pintar menyadari bahwa Bahasa Indonesia di kelas berbeda dari Bahasa Indonesia yang kita gunakan sehari-hari? Bahasa Indonesia yang kita gunakan pada berbagai buku matapelajaran adalah Bahasa Indonesia baku. Saat ujian, kita juga menghadapi Bahasa Indonesia baku.

Bagaimana dengan Bahasa Indonesia kita sehari-hari? Kalau kita menggunakan Bahasa Indonesia baku untuk bergaul sehari-hari, kesannya tentu terasa kaku dan janggal. Tapi dengan menggunakan Bahasa Indonesia baku, sebenarnya kita secara tak langsung belajar matapelajaran Bahasa Indonesia juga, Sobat.

Coba pilih waktu yang tepat untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang baku dan formal, misalnya saat menghadapi orang yang baru dikenal atau berbicara dengan Customer Service. Lambat laun, Bahasa Indonesiamu semakin baik dan Sobatpun terdengar sopan.

 

2. Pahami Definisi dan Penggunaannya

Pernah belajar tentang homofon, personifikasi, ide pokok, dan berbagai istilah sejenisnya? Bisakah Sobat menjelaskan yang dimaksud dengan homograf atau eufimisme, lengkap disertai dengan contoh kalimatnya, misalnya?

Sebagian kita mungkin menganggap bahasan seperti ini kurang menarik. Tapi perlu dipelajari dan dipahami lho, Sobat. Bukankah tak kenal, maka tak sayang? Kalau sudah akrab, bukan mustahil kita bisa merasakah indahnya Bahasa Indonesia.

 

3. Pahami Struktur Kalimat dan Tata Bahasa

Bukan hanya Bahasa Inggris yang memiliki tata bahasa atau grammar, tapi Bahasa Indonesia juga punya 'aturan main'nya. Selain mengetahui mana saja yang disebut sebagai Subyek, Predikat, dan Obyek, kita juga harus tahu di mana posisinya masing-masing. Kita perlu memahami mana kata yang menerangkan dan mana kata yang diterangkan.

Dan sudahkah Sobat memahami konsep dari kalimat majemuk, kalimat majemuk setara, dan kalimat majemuk bertingkat? Tata bahasa seperti ini memang terasa teknis, tapi pemahaman yang baik dapat mempengaruhi kualitas karya tulismu nanti. Tata bahasa yang baik juga menentukan seberapa mudah tulisanmu dipahami orang lain.

 

4. Mengikuti Dinamika Perkembangan Bahasa

Tahukah Sobat? Bahasa Indonesia tergolong masih sangat muda! Jangankan disandingkan dengan Bahasa Inggris atau Bahasa Arab yang berbeda benua, selisih usia Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu saja sangat jauh! Padahal, Bahasa Melayu yang digunakan di negara tetangga ini merupakan nenek moyang Bahasa Indonesia.

Bahasa Melayu mulai digunakan sejak abad ke-7. Sementara itu, Bahasa Indonesia lahir pada 2 Mei 1926 – atau abad ke 20. Nah, cukup jauh selisihnya, bukan?

Pada umumnya, semakin tua suatu bahasa, semakin kaya pula kosakatanya. Maka jangan heran bila hingga kini Bahasa Indonesia masih mengalami perkembangan yang cukup dinamis, khususnya dengan lahirnya kosakata baru.

Misalnya, kata gawai diserap dan diadaptasi dari gadget dalam Bahasa Inggris. Kata gawai juga muncul bersamaan dengan perkembangan ponsel pintar yang baru merebak pada dekade kedua abad ke-21. Dalam hal ini, perkembangan teknologi mempengaruhi lahirnya kosakata baru. Dan bukan tidak mungkin besok-besok akan ada kosakata baru lagi, Sobat!

 

5. Biasakan Banyak Membaca

Ada empat jenis majas, dan seluruhnya ada puluhan majas. Betapa membosankannya untuk memahami definisi dan contohnya satu demi satu!

Tapi sudahkah Sobat melihat ketika majas-majas tersebut digunakan dalam sebuah cerita fiksi? Fabel menjadi cerita yang seru dan sarat pesan-pesan moral. Satire mampu membuat kita berpikir ulang dan menikmati sarkasme yang ditampilkannya. Bagaimana sebuah cerita mampu mengaduk-ngaduk emosi kita? Majas berperan penting didalamnya.

Alih-alih belajar majas satu demi satu sampai bosan, kenapa kita tak memilih cara lain untuk menikmatinya? Iya, dengan membaca, Sobat!

Bacalah topik-topik yang Sobat sukai, seperti otomotif, politik, ekonomi, pertanian, atau yang lain. Tak hanya memperoleh pengetahuan yang menarik minat, kita pun dapat mempelajari kosakata baru yang mungkin lahir seiring perkembangan zaman – seperti kata gawai diatas.

Bagaimanapun juga, belajar bahasa tidak dapat dilakukan secara eksklusif, misalnya dengan menghafal majas. Kita harus menggunakannya secara aktif, yang dapat diawali dengan membaca dan kemudian menulis.

 

Jadi, belajar Bahasa Indonesia bukan hanya tentang nilai ujian saja ya, Sobat. Kelak kita akan menggunakan keterampilan berbahasa Indonesia tersebut untuk menulis esai, karya ilmiah, bahkan skripsi atau tugas akhir

Komentar